Kamis, 10 Maret 2011


Materi Kuliah 
PROSES-PROSES SOSIAL
Syarat-syarat Terjadinya Interaksi sosial
Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu:
1.      Adanya kontak sosial (social contact)
2.      Adanya komunikasi
Kata kontak berasal dari bahasa latin con atau cum (yang artinya bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh); jadi artinya secara hurufiah adalah “bersama-sama menyentuh”. Secara fisik kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah, olehkarena orang yang mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, seperti misalnya dengan cara berbicara dengan pihak lain tersebut. Apabila dengan perkembangan teknologi dewasa ini, orang-orang dapat berhubungan satu dengan yang lainnya melalui telpon, telegraf, radio-radio, surat, dan seterusnya, yang tidak memerlukan suatu hubungan badaniah. Bahkan dapat dikatakan bahwa hubungan badaniah tidak perlu menjadi syarat utama terjadinya kontak. Maka kontak merupakan tahap pertama dari terjadinya “kontak” antara pasukan kita dengan pasukan musuh. Berita tadi berarti bahwa masing-masing telah mengetahui dan sadar akan kedudukan masing-masinng, dan siap untuk bertempur (yang biasanya disebut “kontak bersenjata”). Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu:
1.      Antara orang-perorangan, misalnya apabila anak kecil mempelajari kebiasaan-kebiasaan dalam keluarganya. Proses demikian terjadi melalui sociallization, yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan kebudayaan masyarakat dimana ia menjadi anggota.
2.      Antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya, misalnya apabila seseorang merasakan bahwa tindakan-tindakannya berlawanan dengan norma-norma masyarakat atau apabila suatu partai politik memaksa anggota-anggotanya untuk menyesuaikan diri dengan ideologi dan programnya.
3.      Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya. Umpanya dua partai politik mengadakan kerjasama untuk untuk mengalahkan partai politik yang ketiga di dalam pemilihan umum. Ataui apabila dua buah perusahaan bangunan mengadakan suatu kontrak untuk membuat jalan raya, jembatan dan seterusnya di suatu wilayah yang baru di buka.
Perlu dicata bahwa terjadinya suatu kontak tidaklah semata-mata tergantung dari tindakan, akan tetapi juga tanggapan terhadap tindakan tersebut. Kontak sosial tersebut dapat bersifat positif atau negatif . yang bersifat positif mengarah pada suatu kerjasama, sedangkan yang bersifat negatif mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan suatu interaksi sosial.
Suatu kontak dapat pula bersifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka, seperti misalnya orang-orang tersebut berjabat tangan, saling senyum dan seterusnya. Sebaliknya kontak yang sekunder memerlukan suatu perantara misalnya A berkata kepada B bahwa C mengagumi permainannya sebagai pemegang utama salah satu sandiwara. A sama sekali tidak bertemu dengan C, akan tetapi telah terjadi kontak antara mereka, oleh karena memberi tanggapan walaupun dengan perantara B. suatu kontak sekunder dapat dilakukan secara langsung. Pada yang pertamapihak ketiga bersifat pasif sedangkan pada hal yang terakhir pihak ketiga sebagai perantara mempunyai peranan yang aktif dalam kontak tersebut. Hubungn-hubungan yang sekunder tersebut dapat dilakukan melalui alat-alat misalnya telepon, telegraf, radio dan seteerusnya. Dalam hal A menelpon B maka terjadi kontak sekunder langsung; akan tetapi apabila A  meminta tolong kepada B supaya diperkenalkan gadis C, maak kontak tersebut bersifat sekunder tidak langsung.
Arti yang terpenting dari komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perikelakuan orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerik badaniah atau sikap) perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut.
Dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi pelbagai macam penafsiran terhadap tingkah laku orang lain.suatu senyum misalnya dapat ditafsirkan sebagai suatu keramah-tamahan, sukap bersahabat atau bahkan sebagai sikap sinis dan sikap ingin menunjukan suatu kemenangan.

Jumat, 21 Januari 2011

KEBUDAYAAN, MENTALITAS DAN PEMBANGUNAN

Sesudah beberapa tahun pembangunan nasional berjalan dalam semangat rehabilitasi dan stabilisasi perekonomian nasional maka sekitar awal tahun tujuh puluhan timbul pemikiran diantara golongan cendekiawan, para ahli kebudayaan dan ilmu-ilmu sosial bahwa dalil-dalil ilmu ekonomi tidak mampu memecahkan masalah pembangunan secara menyeluruh karena hambatan dari faktor-faktor non-ekonomis.
Seminar perkembangan sosial budaya dalam pembangunan nasional yang diselenggarakan oleh LIPI pada tahun 1970 menyimpulkan bahwa sikap mental orang Indonesia umumnya belum siap untuk pembangunan. Sejak saat itu mulai diperkenalkan kepada masyarakat ramai pendekatan sosio kultural terhadap pembangunan.
Koentjaraningrat, guru besar dalam antropologi budaya pada beberapa universitas terkemuka di Indonesia serta mempunyai reputasi internasional di bidang kebudayaan merupakan salah seorang tokoh budayawan terkemuka Indonesia yang pada waktu itu mulai memperkenalkan pendekatan kultural terhadap pmbangunan. Serangkaian karangan ilmiah popule yang pernah ditulisnya pada harian Kompas dengan judul “Kini sering orang bertanya” pada awal tahun 1974 merupakan bagian terbesar dari isi buku ini. Disamping itu masih ada karangan lain yang merupakan reportase perjalanannya ke Jepang.
Golongan cendekiawan, sarjana, dan calon sarjana budaya dan ilmu-ilmu sosial, ekonomi, politik, serta para wartawan dan semua pihak yang berminat terhadap masalah-masalah kebudayaan akan mendapat gambaran tentang masalah itu dalam kaitannya dengan pembangunan bangsa

Kamis, 20 Januari 2011

Mental masyarakat Indonesia

Mental masyarakat Indonesia memang sudah terbentuk menjadi mental yang tidak suka bekerja keras tetapi bermalas-malasan. Ini adalah dampak dari kondisi alam kita yang mengandung hasil-hasil alam yang menakjubkan dibandingkan dengan kekayaan alam yang ada di negara Singapura atau Jepang. Sehingga dari kondisi alam yang dikandung tanah Indonesia membuat masyarakat Indonesia menjadi malas sehingga tumbuh budaya korupsi dan budaya instan. Tidak seperti negara Singapura atau Jepang yang sumber daya alamnya minim, maka masyarakatnya berbudaya kerja keras dan tidak malas misalnya. Sebab lain dari masyarakat Indonesia yang malas dan tidak mau bekerja keras adalah terlalu banyak lagu-lagu atau nyanyian-nyanyian yang meninabobokan mental masyarakat Indonesia seperti lagu kolam susu yang diciptakan oleh Koes Plus. Di sana jelas-jelas Koes plus menggambarkan kekayaan alam yang ada di Indonesia dapat diambil dengan cara instan atau tidak perlu kerja keras. Akhirnya kekayaan alam Indonesia di ambil oleh orang luar negeri dengan cara kerja keras. Dan masyarakat Indonesia yang malas akhirnya hanya menikmati kekayaan alam yang sedikit. Budaya instan dapat dilihat dari acara-acara semacam Indonesian Idol dimana setiap orang yang ingin meraih kesuksesan dapat meraihnya dengan cara instan sehingga ini membudayakan pandangan hidup yang instan. Mengenai budaya pungutan-pungutan yang ada dalam pelayanan instansi ini sebenarnya budaya yang ditanamkan oleh aparatur-aparatur instansi negara di jaman orde baru yang membuat aturan yang tidak tertulis bahwa kalau ingin semuanya lancar maka harus dengan adanya embel-embel uang. Atau pepatah yang dulu ada dikalangan birokrasi Indonesia bahwa kalau bisa dipersulit buat apa dipermudah. Ini selama 32 tahun tertanam dibenak masyarakat Indonesia sehingga menjadi budaya yang tertanam dengan kuat. Inilah saya kira faktor-faktor yang menyebabkan budaya-budaya korupsi dan budaya instan yang di ada di masyarakat Indonesia sehingga lama kelamaan menjadi mental masyarakat Indonesia dan kemudian menjadi karakter masyarakat Indonesia.